SILSILAH CINTA SEJATI
09.26
By
Muhammad Akbar
Tausiyah
0
komentar
Apakah Mengenal Pasangan Harus Lewat Pacaran?
oleh: Ustadz muhammad abduh tuasikal
Sebagian orang menyangka
bahwa jika seseorang ingin mengenal pasangannya mestilah lewat pacaran. Kami
pun merasa aneh kenapa sampai dikatakan bahwa cara seperti ini adalah satu-satunya
cara untuk mengenal pasangan. Saudaraku, jika kita telaah, bentuk pacaran pasti
tidak lepas dari perkara-perkara berikut ini.
Pertama: Pacaran adalah jalan menuju zina
Yang namanya pacaran adalah jalan menuju zina dan itu nyata.
Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan lewat telepon, sms, atau chating.
Namun lambat laut akan janjian kencan. Lalu lama kelamaan pun bisa terjerumus
dalam hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri. Begitu banyak
anak-anak yang duduk di bangku sekolah yang mengalami semacam ini sebagaimana
berbagai info yang mungkin pernah kita dengar di berbagai media. Maka benarlah,
Allah Ta’ala mewanti-wanti
kita agar jangan mendekati zina. Mendekati dengan berbagai jalan saja tidak
dibolehkan, apalagi jika sampai berzina. Semoga kita bisa merenungkan ayat yang
mulia,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ
سَبِيلًا
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32). Asy
Syaukanirahimahullah menjelaskan, “Allah melarang
mendekati zina. Oleh karenanya, sekedar mencium lawan jenis saja otomatis
terlarang. Karena segala jalan menuju sesuatu yang haram, maka jalan tersebut
juga menjadi haram. Itulah yang dimaksud dengan ayat ini.”[1] Selanjutnya,
kami akan tunjukkan beberapa jalan menuju zina yang tidak mungkin lepas dari
aktivitas pacaran.
Kedua: Pacaran melanggar perintah Allah untuk menundukkan
pandangan
Padahall Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا
فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (QS.
An Nur: 30). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman
untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang
bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom,
maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya. Dari Jarir bin Abdillah,
beliau mengatakan,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ
الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
“Aku bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma
selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.”[2]
Ketiga: Pacaran seringnya berdua-duaan (berkholwat)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ،
فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
“Janganlah
seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya
karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua
kecuali apabila bersama mahromnya.”[3] Berdua-duaan (kholwat) yang terlarang
di sini tidak mesti dengan berdua-duan di kesepian di satu tempat, namun bisa
pula bentuknya lewat pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via chating dan
lainnya. Seperti ini termasuk semi kholwat yang juga terlarang karena bisa pula
sebagai jalan menuju sesuatu yang terlarang (yaitu zina).
Keempat: Dalam pacaran, tangan pun ikut berzina
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan
mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu ,
Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ
لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا
الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ
وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ
ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Setiap anak
Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi,
tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga
dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan
meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan
atau mengingkari yang demikian.”[4]
Inilah beberapa pelanggaran ketika dua pasangan memadu kasih
lewat pacaran. Adakah bentuk pacaran yang selamat dari hal-hal di atas? Lantas
dari sini, bagaimanakah mungkin pacaran dikatakan halal? Dan bagaimana mungkin
dikatakan ada pacaran islami padahal pelanggaran-pelanggaran di atas pun
ditemukan? Jika kita berani mengatakan ada pacaran Islami, maka seharusnya kita
berani pula mengatakan ada zina islami, judi islami, arak islami, dan
seterusnya.
Menikah, Solusi Terbaik untuk Memadu Kasih
Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan
menikah. Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,
« لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ »
Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah. Namun
ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ
فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para
pemuda[6], barangsiapa
yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka
berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”[7] Yang
dimaksud baa-ah dalam hadits ini boleh jadi jima’
yaitu mampu berhubungan badan. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang
dimaksud baa-ah adalah telah mampu memberi nafkah.
Yahya bin Syarf An Nawawirahimahullahh mengatakan bahwa kedua makna
tadi kembali pada makna kemampuan memberi nafkah.[8] Itulah
yang lebih tepat.
Inilah solusi terbaik untuk orang yang akan memadu kasih. Bukan
malah lewat jalan yang haram dan salah. Ingatlah, bahwa kerinduan pada si dia
yang diidam-idamkan adalah penyakit. Obatnya tentu saja bukanlah ditambah
dengan penyakit lagi. Obatnya adalah dengan menikah jika mampu. Ibnul Qayyim rahimahullahmengatakan,
“Sesungguhnya obat bagi
orang yang saling mencintai adalah dengan menyatunya dua insan tersebut dalam
jenjang pernikahan.”[9]
Obat Bagi Yang Dimabuk Cinta
Berikut adalah beberapa obat bagi orang yang dimabuk cinta namun
belum sanggup untuk menikah.
Pertama: Berusaha ikhlas dalam beribadah.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah,
maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah
terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan
mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah merasakan
manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan
menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih
baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya,
melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena
adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan
cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”[10]
Kedua: Banyak memohon pada Allah
Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia
bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya
Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon
pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa
mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih
dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabbmu
berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(QS. Al Mu’min: 60)
Ketiga: Rajin memenej pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang
menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang
dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan
yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita
diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah
surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan, “Menundukkan pandangan dari berbagai
hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah.”[11]
Keempat: Lebih giat menyibukkan diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah
untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa
berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah
menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia
berkata, “Jika dirimu tidak
tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan
hal-hal yang sia-sia (batil).”[12]
Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan
Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk
mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut
dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang
yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak,
berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila
demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum
ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan
oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati
sebagaimana air dapat menumbuhkan sayuran.” Fudhail bin
‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian
adalah mantera-mantera zina.” Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan
akan mendatangkan kemurkaan Allah.”[13]
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
0 komentar: