The Dark Valentine
09.31
By
Muhammad Akbar
Tausiyah
0
komentar
Setiap 14 Februari selalu marak dengan perayaan Valentine’s Day (V-Day).
Antar pasangan pria dan wanita saling Tukar menukar coklat, kartu ucapan ,bunga
mawar, kado dan lain-lain yang mana hal ini selalu menyertai perayaan V-Day.
Bagaimana asal muasal V-Day ini? Ada yang mengatakan bahwa hal ini peringatan
dari Saint Valentinus walaupun cerita tentangnya ini ada tiga versi. nama Valentinus
setidaknya bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
* seorang pastur di Roma
* seorang uskup Interamna (modern Terni)
* seorang martir di provinsi Romawi Africa.
* seorang uskup Interamna (modern Terni)
* seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Ketiga versi ini memang menceritakan tentang seorang santo, namun hubungan
dengan mereka dengan perayaan V-Day ini tidak ada kejelasan..
Salah satu versi
Versi yang paling sering diceritakan tentang St. Valentinus adalah pada zaman Kaisar Claudius II. Sang Kaisar beranggapan bahwa tentara yang kuat adalah para pemuda yang masih suci, yang belum pernah menyentuh wanita. Maka kaisar pun melarang semua pemuda di Roma untuk berhubungan dengan wanita.
Namun ada dua tokoh gereja–Santo Valentinus dan Santo Marius–diam-diam
menentang peraturan kaisar Claudius. Kedua tokoh gereja ini secara diam-diam
tetap menikahkan pasangan muda yang ingin menikah dan menjadi
konselor/penasihat bagi kaum muda yang mengalami kendala dalam berhubungan
dengan pasangannya.
Suatu waktu Kaisar Claudius mendengar berita tersebut. Maka kaisar memerintahkan
agar kedua tokoh gereja tersebut dimasukkan ke penjara dan divonis hukuman
mati.
Cerita ini paling dikenang hingga 14 Februari 496 M. Paus Gelasius I pada
abad ke-5 menyatakan bahwa 14 Februari adalah hari peringatan Santo Valentinus
(The World Book Encyclopedia 1998). Walau demikian, Paus Gelasius mengakui
tidak ada yang mengetahui tentang martir-martir ini.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian
dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya
bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun perayaannya masih
tetap ramai hingga sekarang.
Cerita Versi Lainnya
Cerita tentang asal V-Day lainnya yaitu dari perayaan kaum Pagan Romawi yang bernama Lupercalia Festival. Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Cerita tentang asal V-Day lainnya yaitu dari perayaan kaum Pagan Romawi yang bernama Lupercalia Festival. Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Pada tanggal 13-nya, di pagi hari, para pemuda dan pemudi di pasangkan
secara acak dengan cara diundi. Pemudi menjadi kekasih pemuda dan wajib
melayani segala yang diinginkan sang pemuda tersebut selama setahun hingga
Lupercalia Festival tahun berikutnya tanpa dilandasi ikatan perkawinan.
Dan malam pertama di hari itu, malam menjelang 14 Februari hingga menjelang
15 Februari, di seluruh kota, para pasangan baru itu merayakan apa yang kini
disebut sebagai “Hari Kasih Sayang”. Istilah yang keliru, yang sesungguhnya
lebih tepat disebut sebagai “Making Love Day.”
Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan
korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan
lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba
dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan
maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia
kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
Instropeksi
V-Day yang sering dirayakan di masyarakat, ternyata bukanlah ritual turunan budaya kita, budaya bangsa Indonesia. Ritual itu justru dari kaum yang mengumbar syahwatnya. Dan sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita tidak mengikuti budaya kaum yang lain. Lakum diinukum waliyadiin (Untukmu agamamu dan untukku agamaku). Mari jaga diri dan anak-anak kita dari perayaan V-Day.
V-Day yang sering dirayakan di masyarakat, ternyata bukanlah ritual turunan budaya kita, budaya bangsa Indonesia. Ritual itu justru dari kaum yang mengumbar syahwatnya. Dan sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita tidak mengikuti budaya kaum yang lain. Lakum diinukum waliyadiin (Untukmu agamamu dan untukku agamaku). Mari jaga diri dan anak-anak kita dari perayaan V-Day.
Wallahu’alam
0 komentar: