CERITA HIKMAH ISLAMI
09.24
By
Muhammad Akbar
Tausiyah
0
komentar
“Kisah Orang yang Memukuli Ayahnya”
Di sebuah jalan raya, terlihat ada
seorang pemuda belia, berkulit coklat, berotot kuat, di tangannya sebuah
tongkat keras, yang dia gunakan untuk memukuli seorang laki-laki tua yang telah
berusia enam puluh tahun. Orang tua itu berbadan kurus, diam tidak mengaduhkan
pukulan tersebut. Orang-orang di sekitarnya berkerumun melihat mereka berdua,
bermaksud hendak membebaskannya. Salah seorang dari mereka berkata kepada
pemuda itu, “Mengapa kamu memukuli orang tua malang ini? Tidakkah kamu takut
kepada Allah?” Orang yang lain berkata, “Apa yang telah diperbuatnya sehingga
kamu memukulinya dengan keras seperti ini?”
Akan tetapi pemuda itu terus
memukuli orang tua tersebut dan tidak menoleh sedikit pun kepada mereka. Orang
yang lain lagi berkata, “Tidakkah kamu takut kalau ada seseorang yang memukuli
ayahmu seperti ini?”
Kemudian orang (yang terakhir) itu
menoleh kepada orang-orang di sekitarnya dan mengatakan kepada mereka, “Kalian
harus mengadukan pemuda ini kepada ayahnya, barangkali dia akan menegur dan
memarahinya. Siapa yang mengetahui ayah dari pemuda yang kejam ini?”
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang
terlihat memiliki wibawa dan kehormatan. Dia berkata dengan tenang, “Aku tahu
pemuda ini, dan aku tahu siapa ayahnya. Sesungguhnya pemuda itu sedang memukuli
ayahnya. Orang tua malang yang dipukulinya ini adalah ayahnya sendiri.”
Mendengar hal itu orang-orang tercengang, raut wajah mereka berubah karena
keterheranan yang amat sangat.
Sungguh aneh, bagaimana mungkin ada
seorang anak yang memukuli ayahnya sendiri dengan kejam seperti ini? Mereka pun
menyerang pemuda itu dan membebaskan sang ayah dari pukulan anaknya. Namun
sambil terengah-engah, ayahnya berkata, “Biarkan aku, sungguh Allah Ta’ala
telah membalasku. Dahulu ketika aku masih muda, aku pernah memukuli ayahku sama
seperti ini, hanya karena dia meminta sebagian uang dariku.” Orang-orang merasa
takjub karena keadilan Allah Ta’ala. Allah berfirman,artinya, ”Dan
sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” (Fushshilat: 46). (
Aqibah Uquq al-Walidain, hal. 130-131.)
Di posting oleh : Abu Thalhah Andri
Abdul Halim, dinukil dari : “Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya
Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga”, karya : Ghalib bin Sulaiman bin Su’ud
al-Harbi. Edisi terjemah cet. Pustaka Darul Haq Jakarta.
"Calon penghuni syurga"
"Calon penghuni syurga"
”Suatu saat ketika Rasulullah saw
sedang duduk – duduk bersama sahabatnya, Rasulullah s.a.w bersabda, “Sebentar
lagi, salah satu ahli surga akan muncul di hadapan kalian.” Tak lama, seorang
laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari
janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya.
Hari berikutnya, Rasulullah
mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama.
Di hari ketiga, Rasulullah mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembali
terulang.
Mendengar ucapan Rasulullah,
Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah lalu berkata
kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari,
apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab,
“Silahkan, dengan senang hati.”
Abdullah bin Amr pun menginap di
rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari
laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga
Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak
melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai
salah satu calon penghuni surga?”.
Lelaki itu menjawab, “Aku memang
tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku
mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk
memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang
diberikan kepada saudaraku.”
Setelah mendengar itu, Abdullah
berkata, “Ya, itulah yang menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni
surga.”
Salam Ukhuwah sahabat..^_^
Dalam sebuah riwayat diceritakan
bahwa pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki
seekor himar, dan anaknya mengikut dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman
itu, setengah orang-orang pun berkata, ‘Lihat orang tua itu yang tidak punya
rasa kasihan karena anaknya dibiarkan berjalan kaki.”
Setelah mendengarkan desas-desus
dari orang-orang maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan
anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di passar itu
berkata pula, “Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya enak saja
menaiki himar itu, sungguh kurang adab anak itu.”
Mendengar kata-kata orang di pasar
itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan
anaknya. Kemudian orang ramai kini berkata lagi, “Lihatlah itu dua orang
menaiki seekor himar, sungguh sangat menyiksa himar itu.”
Kerana tidak suka mendengar
percakapan orang-orang di pasar itu, maka Luqman dan anaknya turun dari himar
itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Dua orang kok berjalan kaki,
sedangkan himar itu tidak dikenderai, betapa bodohnya mereka”
Dalam perjalanan pulang ke rumah,
Luqman Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan ocehan mereka,
katanya, “Sesungguhnya tidak akan terlepas seseorang itu dari pergunjingan
manusia. Dan hanya orang yang berakal yang akan mengambil pertimbangan hanya
kepada Allah S.W.T saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi
pertimbangannya dalam setiap urusan hidupnya.”
Kemudian Luqman Hakim berpesan
kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu
tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa
kepadanya tiga perkara, iaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah
akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya
(keperibadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah
orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.”
Untukmu para wanita yang dirindui
SyurgaNya
Ingat ukhty, janganlah sekali kali
kalian membuka diri kepada lelaki yang sudah beristri,
Janganlah sekali kali kalian
berbicara dengan suara lemah lembut kepada Ajnaby terlebih lebih kepada orang
yang telah beristri,
Kau tau ukh ?? apa yang kita
kerjaakan hari ini akan mendapat Balasannya dikemudian hari,
Kau tau ukh ?? betapa hancurnya hati
istri yang suami nya ternyata suka ngobrol dengan wanita lain
Kau yakin tidak ukh Jika suatu saat
pun kau akan merasakan hal yang sama ??
Ingat itu ukh !! Semua akan ada
balasannya
Sungguh, Wanita adalah makhluk
terindah yang diciptakan Allah Ta’ala, namun juga fitnah terbesar bagi lelaki.
Wajahmu adalah fitnah bagi lelaki.
Telapak tanganmu dapat membuka
fitnah bagi lelaki.
Suara wanita adalah aurat jika dilemah-lembutkan
dan dapat menimbulkan syahwat atau hal-hal yang tidak baik pada lelaki yang
berpenyakit hatinya,
wallahu a’lam.
Untukmu para wanita yang dirindui
SyurgaNya
Ingat ukhty, janganlah sekali kali
kalian membuka diri kepada lelaki yang sudah beristri,
Janganlah sekali kali kalian
berbicara dengan suara lemah lembut kepada Ajnaby terlebih lebih kepada orang
yang telah beristri,
Kau tau ukh ?? apa yang kita
kerjaakan hari ini akan mendapat Balasannya dikemudian hari,
Kau tau ukh ?? betapa hancurnya hati
istri yang suami nya ternyata suka ngobrol dengan wanita lain
Kau yakin tidak ukh Jika suatu saat
pun kau akan merasakan hal yang sama ??
Ingat itu ukh !! Semua akan ada
balasannya
Sungguh, Wanita adalah makhluk
terindah yang diciptakan Allah Ta’ala, namun juga fitnah terbesar bagi lelaki.
Wajahmu adalah fitnah bagi lelaki.
Telapak tanganmu dapat membuka
fitnah bagi lelaki.
Suara wanita adalah aurat jika dilemah-lembutkan
dan dapat menimbulkan syahwat atau hal-hal yang tidak baik pada lelaki yang
berpenyakit hatinya,
wallahu a’lam.
0 komentar: