Kumpulan Tausiyah
08.08
By
Muhammad Akbar
Tausiyah
0
komentar
Muslimah
shaalihah sejati
Selalu membawa maslahat
Selembut Khadijah
Secerdas Aisyah
Semulia Ummu Salamah
Secemerlang Fathimah
Sesantun Zainab
Setegar Asma
Segagah Nasibah
Duhai alangkah jauhnya
Tapi demi Rabb tercinta, kan kukejar semua bersamamu
Dimana pun engkau sekarang
Uhibbukifillah
(from NT)
Selalu membawa maslahat
Selembut Khadijah
Secerdas Aisyah
Semulia Ummu Salamah
Secemerlang Fathimah
Sesantun Zainab
Setegar Asma
Segagah Nasibah
Duhai alangkah jauhnya
Tapi demi Rabb tercinta, kan kukejar semua bersamamu
Dimana pun engkau sekarang
Uhibbukifillah
(from NT)
Pesan
Sponsor
Seorang mukmin akan selalu menjaga
Tiap tarikan nafasnya bernilai ibadah
Tiap langkahnya meniti syurga
Dan agar setiap aktivitasnya membawa kepada ridha Allah
Maka ia akan hati2 melangkah,
Agar terjaga dari apa yang Allah haramkan dalam berbisnis, menuntut ilmu
Apalagi dalam mengemban amanat dakwah
Tanda keberkahan adalah ilmu yang bermanfaat,
Hati yang merindu Rabbnya,
Dan menjadikan dakwah sebagai jalan jihad
Dia tidak tergoda untuk beraktivitas tanpa makna
Semoga kita menjadi hamba yang pantas ditolongNya
(from IA)
Tiap tarikan nafasnya bernilai ibadah
Tiap langkahnya meniti syurga
Dan agar setiap aktivitasnya membawa kepada ridha Allah
Maka ia akan hati2 melangkah,
Agar terjaga dari apa yang Allah haramkan dalam berbisnis, menuntut ilmu
Apalagi dalam mengemban amanat dakwah
Tanda keberkahan adalah ilmu yang bermanfaat,
Hati yang merindu Rabbnya,
Dan menjadikan dakwah sebagai jalan jihad
Dia tidak tergoda untuk beraktivitas tanpa makna
Semoga kita menjadi hamba yang pantas ditolongNya
(from IA)
Salah satu hal yang bisa tetap
merekatkan qt dalam usaha perwujudan proyek peradaban Islam adalah kelapangan
hati menerima dan menutupi kekurangan saudara qt
(from RP)
(from RP)
Ketika wajah ini penat memikirkan
dunia, maka berwudhulah
Ketika tangan ini letih menggapai cita-cita, maka bertakbirlah
ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka bersujudlah
Ikhlaskan semua dan mendekatlah pada-Nya
Agar tunduk disaat yang lain angkuh
Agar teguh disaat yang lain runtuh
Agar tegar disaat yang lain terlempar
Lahaula wala quwwata illabillah
(from IS)
Ketika tangan ini letih menggapai cita-cita, maka bertakbirlah
ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka bersujudlah
Ikhlaskan semua dan mendekatlah pada-Nya
Agar tunduk disaat yang lain angkuh
Agar teguh disaat yang lain runtuh
Agar tegar disaat yang lain terlempar
Lahaula wala quwwata illabillah
(from IS)
Tuliskan rencana kita dengan sebuah
pensil tapi berikan penghapusnya pada Allah
Izinkan Allah menghapus bagian2 yang salah dan menggantikan dengan rencanaNya yang indah di dalam hidup kita
Karena Allah tau apa yang kiita butuhkan bukan apa yang kita minta
(from KAMIL)
Izinkan Allah menghapus bagian2 yang salah dan menggantikan dengan rencanaNya yang indah di dalam hidup kita
Karena Allah tau apa yang kiita butuhkan bukan apa yang kita minta
(from KAMIL)
Kuharap Allah akan memegangmu erat
Malaikat2 akan menjagamu ketat
Tidak hanya membuatmu baik
Tapi selalu mendapatkan yang terbaik dalam hidupmu
Uhibbukifillah
(from AL)
Malaikat2 akan menjagamu ketat
Tidak hanya membuatmu baik
Tapi selalu mendapatkan yang terbaik dalam hidupmu
Uhibbukifillah
(from AL)
Barangsiapa pada malam hari
merasakan kelelahan
Dari kerja kedua tangannya pada siang hari,
Maka pada malam itu Allah memberi ampunan kepadanya (HR.Ahmad)
(from IP)
Dari kerja kedua tangannya pada siang hari,
Maka pada malam itu Allah memberi ampunan kepadanya (HR.Ahmad)
(from IP)
‘dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam
hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang
dan janganlah kamu termasuk orang2 yang lali (Al A’raaf 205)
(from SAR)
dengan merendahkan diri dan rasa takut
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang
dan janganlah kamu termasuk orang2 yang lali (Al A’raaf 205)
(from SAR)
Ketika perjuangan terasa sangat
melelahkan
ketika hati sudah merasa jenuh dan bosan
Ingatlah janji Tuhanmu
kepada mereka yang sabar dan ikhlas dalam menjalankan amanahnya
“dan Kami jadikna diantara mereka itu pemimpin2 yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat2 Kami.”(32:24)
“…Hanya orang2 yang bersabarklah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”(39:10)
(from caturspsIAL)
ketika hati sudah merasa jenuh dan bosan
Ingatlah janji Tuhanmu
kepada mereka yang sabar dan ikhlas dalam menjalankan amanahnya
“dan Kami jadikna diantara mereka itu pemimpin2 yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat2 Kami.”(32:24)
“…Hanya orang2 yang bersabarklah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”(39:10)
(from caturspsIAL)
Para pemburu SYURGA tidak akan
berhenti pada tahap MIMPI
ada ASA yang harus DIWUJUDKAN
ada PENGORBANAN yang harus DIKELUARKAN
ada AMAL dan KARYA NYATA yang harus DIPERSEMBAHKAN
(from Tpp-MH)
ada ASA yang harus DIWUJUDKAN
ada PENGORBANAN yang harus DIKELUARKAN
ada AMAL dan KARYA NYATA yang harus DIPERSEMBAHKAN
(from Tpp-MH)
Tahukah mengapa jari2 qt dipisahkan
oleh sela2 kosong?
karena Allah tau suatu saat pasti ada yang mengisi kekosongan itu,
menggenggam erat dan berkata
“jangan putus tali silaturahim ini”
(from FNP)
karena Allah tau suatu saat pasti ada yang mengisi kekosongan itu,
menggenggam erat dan berkata
“jangan putus tali silaturahim ini”
(from FNP)
Wanita cantik
melukis kekuatan lewat masalahnya
tersenyum saat tertekan
tertawa disaat hati sedang menangis
memberkati disaat terhina
mempesona karena memaafkan
wanita cantik
mengasihi tanpa pamrih bertambah kuat dalam doa dan pengharapan
khusus untuk wanita cantik kepunyaan Allah, amin
(from IA)
melukis kekuatan lewat masalahnya
tersenyum saat tertekan
tertawa disaat hati sedang menangis
memberkati disaat terhina
mempesona karena memaafkan
wanita cantik
mengasihi tanpa pamrih bertambah kuat dalam doa dan pengharapan
khusus untuk wanita cantik kepunyaan Allah, amin
(from IA)
Mungkin kau menganggap dengan
mengikuti sejarahnya dari lahir hingga wafatnya
berarti kau telah mempelajari kehidupan Rasulullah saw.
tapi ini adalah kesalahan besar
kau tak akan pernah benar2 memahami sirah
kecuali kau mempelajari Quran dan Sunah yang murni
seberapa banyak kaupelajari dari sumber2 itu
akan menunjukkan seberapa dekat hubunganmu dengan Rasul
(from Tpp-MH)
berarti kau telah mempelajari kehidupan Rasulullah saw.
tapi ini adalah kesalahan besar
kau tak akan pernah benar2 memahami sirah
kecuali kau mempelajari Quran dan Sunah yang murni
seberapa banyak kaupelajari dari sumber2 itu
akan menunjukkan seberapa dekat hubunganmu dengan Rasul
(from Tpp-MH)
Istiqomah adalah
saat hatimu berkata
‘udahlah aku lelah
tapi kamu tetap bertahan
dengan semua sisa tenagamu
tak berhenti bergerak
baik dalam keadaan ringan maupun berat
(from SAA)
saat hatimu berkata
‘udahlah aku lelah
tapi kamu tetap bertahan
dengan semua sisa tenagamu
tak berhenti bergerak
baik dalam keadaan ringan maupun berat
(from SAA)
Hidup ini adalah rangkaian ujian
tiada henti
seberat2 ujian adalah kelapangan, kemudahan, pujian
dan hal2 yang membuat kita lupa kepada Allah
tetap istiqomah di jalan Allah kawan
(from garis)
seberat2 ujian adalah kelapangan, kemudahan, pujian
dan hal2 yang membuat kita lupa kepada Allah
tetap istiqomah di jalan Allah kawan
(from garis)
Ya Allah.. jagalah saudariku ini,
dikala penjagaanku tidak sampai kepadanya
Sayangi ia kala sayangku tak mampu merengkuhnya dalam dekapan nyata
muliakanlah ia kala penghargaanku tak terangkum dalam kata yang sahaja
karena Engkau punya segala yang tak ku punya dan kareana ku ingin dia selalu menjadi saudaraku didunia dan mengharap bertemu dengannya disyurga
(from IA)
Sayangi ia kala sayangku tak mampu merengkuhnya dalam dekapan nyata
muliakanlah ia kala penghargaanku tak terangkum dalam kata yang sahaja
karena Engkau punya segala yang tak ku punya dan kareana ku ingin dia selalu menjadi saudaraku didunia dan mengharap bertemu dengannya disyurga
(from IA)
Saat aq merasa mampu memberikan perhatian padamu, aq yakin
Allah mampu
Saat aq merasa tak mampu ladgi membantumu bertahan
aq yakin Allah mampu
Saat aq merasa tak mampu menjadi tempatmu berkeluh kesah,
aq yajkin Allah mampu
yaa Raab 1 pintaqu
saat aq sudah tak mampu lagi menggenggam erat tangan saudariku, jangan biarkan ia terlepas dari genggamanMu
Saat aq merasa tak mampu ladgi membantumu bertahan
aq yakin Allah mampu
Saat aq merasa tak mampu menjadi tempatmu berkeluh kesah,
aq yajkin Allah mampu
yaa Raab 1 pintaqu
saat aq sudah tak mampu lagi menggenggam erat tangan saudariku, jangan biarkan ia terlepas dari genggamanMu
Seberapakah
Syukur Kita?
Syukur
merupakan perbuatan yang amat utama dan mulia, oleh karena itu Allah Subhannahu
wa Ta’ala memerintahkan kita semua untuk bersyukur kepada-Nya, mengakui segala
keutamaan yang telah Dia berikan, sebagaimana dalam firman Nya, yang artinya,
“Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah :152)
Allah SWT
juga memberitahukan, bahwa Dia tidak akan menyiksa siapa saja yang mau
bersyukur, sebagaimana yang difirmankan, artinya,
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (An-Nisaa :147)
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (An-Nisaa :147)
Orang yang
mau bersyukur merupakan kelompok orang yang khusus di hadapan Allah, Dia
mencintai kesyukuran dan para pelakunya serta membenci kekufuran dan pelakunya.
Dia telah berfirman, yang artinya,
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyu-kuranmu itu” (QS Az Zumar:7)
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyu-kuranmu itu” (QS Az Zumar:7)
Allah juga
menegaskan, bahwa syukur merupakan sebab dari kelang-sungan sebuah nikmat,
sehingga tidak lenyap dan bahkan malah semakin bertambah, sebagaimana
firman-Nya, yang artinya,
“Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim : 7)
“Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim : 7)
Dan masih
banyak lagi, tentunya keutamaan dan manfaat dari syukur kepada Allah, maka tak
heran jika Allah menyatakan, bahwa amat sedikit dari hamba-hamba-Nya yang
bersyu-kur (dengan sebenarnya).
Hakikat
Syukur
Kesyukuran
yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama. Barang siapa
merealisasikannya, maka dia adalah seorang yang bersyukur dengan benar. Lima
asas tersebut adalah:
- Merendahnya orang yang bersyukur di hadapan yang dia syukuri (Allah).
- Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah).
- Mengakui seluruh kenik-matan yang Dia berikan.
- Senantiasa memuji-Nya, atas nikmat tersebut.
- Tidak menggunakan nikmat untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah.
Maka
dengan demikian syukur adalah merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah
dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada-Nya,
memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai
Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak henti-henti menyebut Nya.
Pujian
yang Diajarkan Nabi Salallahu alaihi wasalam
Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam ketika pagi dan sore mengucapkan pujian (dzikir) sebagai
berikut, yang artinya,
“Ya Allah tak satu pun kenikmatan yang menyertaiku di pagi /sore ini atau yang tercurah kepada salah satu dari makhluk Mu, maka itu adalah semata dari Mu, tiada sekutu bagi Mu, untuk Mu lah segala puji dan untuk Mu pula segenap syukur.”
“Ya Allah tak satu pun kenikmatan yang menyertaiku di pagi /sore ini atau yang tercurah kepada salah satu dari makhluk Mu, maka itu adalah semata dari Mu, tiada sekutu bagi Mu, untuk Mu lah segala puji dan untuk Mu pula segenap syukur.”
Nabi
memberitahukan, bahwa siapa yang membaca dzikir ini di waktu pagi, maka ia
telah melakukan syukur sepanjang siang harinya, dan barang siapa membacanya
ketika sore, maka dia telah melaksanakan syukurnya sepanjang malamnya. (HR. Abu
Dawud, dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar dan An-Nawawi)
Macam-Macam
Syukur
Imam Ibnu
Rajab berkata, “Syukur itu dengan hati, lisan dan anggota badan”.
- Syukur dengan hati adalah mengakui nikmat tersebut dari Sang Pemberi nikmat, berasal dari-Nya dan atas keutamaan-Nya.
- Syukur dengan lisan yaitu selalu memuji Yang Memberi nikmat, menyebut nikmat itu, mengulang-ulangnya serta menampakkan nikmat tersebut, Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman, artinya,“Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutNya (dengan bersyukur)”.(QS. 93:11)
- Syukur dengan anggota badan yaitu tidak menggunakan nikmat tersebut, kecuali dalam rangka ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala, berhati hati dari menggunakan nikmat untuk kemak-siatan kepada-Nya.
Setelah
kita tahu hakekat dan macam-macam syukur, maka marilah kita bertanya kepada
diri sendiri, apakah kita telah bersyukur dengan benar, apakah kita telah
sejujurnya mencintai Allah, telah tunduk dan mengakui nikmat dan keutamaan yang
diberikan Allah? Lalu apakah kita telah benar-benar memuji Allah, adakah
kesyukuran itu telah mempengaruhi hati kita, lisan kita dan seluruh tindak
tanduk, akhlak dan pergaulan kita?
Atau
secara terus terang saja kita bertanya:
- Apakah termasuk syukur, jika seorang muslim atau muslimah meniru-niru gaya hidup orang kafir? Apakah cerminan syukur bila seorang muslimah mengikuti model dan gaya hidup wanita musuh Allah? Berpakaian terbuka, bertabarruj dan menerjang norma syara’ tanpa rasa malu?
- Apakah termasuk syukur jika seorang muslim meninggalkan shalat lima waktu, menyia-nyiakannya, atau tidak mau mengerjakannya dengan berjamaah? Bahkan lebih senang mengikuti perkara bid’ah dan sesat?
- Apakah termasuk orang syukur kalau meremehkan puasa Ramadhan, tidak mau pergi haji padahal mampu, tidak mau membayar zakat dan berinfak?
- Apakah merupakan bentuk syukur jika senang bergelut dengan riba, menghamburkan harta untuk berfoya-foya, minum-minuman keras, narkoba dan sejenisnya?
- Apakah cerminan syukur apabila seorang pemuda senang kebut-kebutan, ugal-ugalan di jalan umum, ikut program obrolan via telepon yang tak berguna, membuang makanan dan meremehkan nikmat yang dia terima?
Kenalilah
Nikmat Allah
Sesungguhnya
mengetahui dan mengenal nikmat, merupakan di antara rukun terbesar dalam
bersyukur. Karena tidak mungkin seseorang dapat bersyukur, jika dia merasa
tidak mendapatkan nikmat. Maka mengenal nikmat merupakan jalan untuk mengenal
Sang Pemberi Nikmat, dan kalau seseorang tahu siapa yang memberikan nikmat,
maka dia akan mencintainya, sehingga cinta itu akan melahirkan kesyukuran dan
terima kasih.Nikmat Allah tidaklah terbatas pada makanan dan minuman belaka,
namun seluruh gerak dan desah nafas kita adalah nikmat yang tak terhingga yang
tidak kita ketahui nilainya.
Abu Darda’
mengatakan, “Barang siapa yang tidak mengetahui nikmat Allah selain makan dan
minumnya, maka berarti pengetahuannya picik dan azabnya telah menimpa.
Maka dikatakan, bahwa syukur yang bersifat umum adalah syukur terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan dan kekuatan. Dan syukur yang bersifat khusus adalah syukur atas tauhid, keimanan dan kekuatan hati.
Maka dikatakan, bahwa syukur yang bersifat umum adalah syukur terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan dan kekuatan. Dan syukur yang bersifat khusus adalah syukur atas tauhid, keimanan dan kekuatan hati.
Pokok-Pokok
Nikmat
Nikmat
Allah amatlah banyak, tidak terhingga dan tak berbilang, namun ada di antaranya
yang sangat besar dan pokok yang perlu untuk kita ketahui, yaitu:
- Nikmat Islam dan Iman
Demi Allah, inilah nikmat yang terbesar, di mana Allah menjadikan kita sebagai muslim yang bertauhid, bukan Yahudi yang dimurkai dan Nashara yang tersesat, yang mengatakan Allah mempunyai anak, yakni Uzair Ibnullah dan Isa Ibnullah, Maha Suci Allah dari sifat yang tak layak ini.
Ibnu Uyainah (Sufyan) berkata, “Tidak ada satu nikmat pun dari Allah untuk hamba-Nya yang lebih utama, daripada diajarkannya kalimat la ilaha illallah.” - Penangguhan dan Tutup Dosa
Ini juga merupakan nikmat yang sangat besar, karena jika setiap kita melakukan dosa lalu Allah langsung membalasnya, maka tentu seluruh alam ini telah binasa. Akan tetapi Allah memberikan kesempatan dan penangguhan kepada kita untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah SWT berfirman,
“Dan (Dia) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” (Luqman : 20)
Berkata Muqatil, “Adapun (nikmat) yang lahir (nampak) adalah Islam, sedangkan yang batin adalah tutup dari Allah atas kemaksiatan kalian.” - Nikmat Peringatan
Peringatan adalah termasuk nikmat yang besar, dan ini merupakan salah satu ketelitian Allah agar hamba-Nya tidak terlena. Tanpa kita duga terkadang ada seseorang yang datang meminta makan atau sesuatu kepada kita, yang dengan perantaraan orang yang sedang kesusahan tersebut akan membuat kita ingat terhadap nikmat yang diberikan Allah. - Terbukanya Pintu Taubat
Merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah adalah terbukanya pintu taubat, sebanyak apa pun dosa dan kemaksiatan seorang hamba. Selagi nafas belum sampai tenggorokan dan selagi matahari belum terbit dari barat, maka pintu taubat selalu terbentang untuk dimasuki oleh siapa saja. - Menjadi Orang Terpilih
Nikmat ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang beristiqamah, wara’, dan selalu menghadapkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala serta tidak menoleh kepada yang lain. Maka Allah menguatkan hatinya ketika fitnah tersebar di sana-sini, meneguhkannya di atas ketaatan ketika orang berpaling darinya. Allah hiasi hatinya dengan iman dan dijadikan cinta kepadanya, lalu dia benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan. Ini termasuk nikmat paling besar yang harus disyukuri dengan sepenuhnya dan dengan sanjungan sebanyak banyaknya. - Kesehatan,Kesejahteraan dan
Keselamatan Anggota Badan
Kesehatan, sebagaimana dikata-kan Abu Darda’ Radhiallaahu anhu adalah ibarat raja. Sementara itu Salman al Farisi mengisahkan tentang seorang yang diberi harta melimpah lalu kenikmatan tersebut dicabut, sehingga dia jatuh miskin, namun orang tersebut justru memuji Allah dan menyanjung-Nya. Maka ada orang kaya lain yang bertanya, “Aku tak tahu, atas apa engkau memuji Allah? Dia menjawab, “Aku memuji-Nya atas sesuatu yang andaikan aku diberi seluruh yang diberikan kepada manusia, maka aku tidak mau menukarnya. Si kaya bertanya, “Apa itu? Dia menjawab, “Apakah engkau tidak memperhatikan penglihatanmu, lisanmu, kedua tangan dan kakimu (kesehatannya)? - Nikmat Harta (Makan Minum dan
Pakaian)
Bakar al Muzani berkata, “Demi Allah aku tidak tahu, mana di antara dua nikmat yang lebih utama atasku dan kalian, apakah nikmat ketika masuk (menelan) ataukah ketika keluar dari kita (membuang)? Berkata Al-Hasan, “Itu adalah kenikmatan makan.”
Aisyah Radhiallaahu anha berkata, “Tidaklah seorang hamba yang meminum air bening, lalu masuk perut dengan lancar tanpa ada gangguan dan keluar lagi dengan lancar, kecuali wajib baginya bersyukur.”
Sumber: Kutaib “Aina Asy Syakirun?” Al-Qism al-Ilmi Darul
Wathan.
Hakikat
Bersyukur
Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya,
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34)
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34)
Karunia
atau nikmat yang dianugerahkan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada
setiap manusia sungguh sangat banyak dan amat besar, siapa pun dia, bagaimana
pun kondisinya dan apa pun status sosialnya. Bahkan, musibah yang menimpa
seorang mukmin yang ia terima dengan penuh lapang dada, seraya menucapkan “inâ
lillâh wainnâ ilaihi râji`ûn” (sesungguhnya kami ini adalah milik Allah subhanahu
wata’ala dan sesungguhnya kepada-Nya lah kami kembali) itu pun menjadi
karunia dan nikmat tersendiri baginya, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam haditsnya,
“Sungguhnya keadaan seorang mukmin itu sangat menakjubkan, karena semua keadaannya menjadi kebaikan bagi dirinya: jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka itu mejadi kebaikan baginya, dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya”. (HR. Muslim)
“Sungguhnya keadaan seorang mukmin itu sangat menakjubkan, karena semua keadaannya menjadi kebaikan bagi dirinya: jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka itu mejadi kebaikan baginya, dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya”. (HR. Muslim)
Oleh
karena sangat banyaknya karunia dan kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada
semua manusia yang kadang lalai, tidak tahu diri dan tidak mengenal kebaikan
dan karunia Allah kepadanya, karena itu semua Allah subhanahu wata’ala
menyapa manusia ini dengan mengatakan,
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakan nya.
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakan nya.
Allah subhanahu
wata’ala menyapa manusia agar mereka bersyukur kepada-Nya dan memanfaatkan
semua karunia dan nikmat itu pada jalan yang diridhai-Nya, juga agar manusia
tidak menjadi orang yang zalim dan kufur nikmat dan tahu betapa banyaknya
karunia dan nikmat Allah yang telah Dia anugerahkan kepadanya.
“Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
“Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Kita
sering mendengar seseorang mengeluh dan berontak, seraya berkata, “Allah sangat
tidak adil! Aku sudah melakukan shalat lima waktu, bahkan shalat malam pun
sering aku lakukan dan aku sudah berdo’a, namun hingga detik ini Dia tidak
penah mengabulkan do`aku. Sementara, temanku yang tidak taat kepada Allah dan
selalu melakukan kemaksiatan malah diberi rizki yang berlimpah ruah! Sungguh
Allah sangat tidak adil!”
Ungkapan
seperti ini sering kita dengar dari sebagian orang dan mirip dengan yang
diungkapkan oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam al-Qur’an tentang
sifat kufur manusia,
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata, “Tuhanku menghinakanku”. (QS. 89:15-16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata, “Tuhanku menghinakanku”. (QS. 89:15-16)
Orang
seperti itu biasanya tidak sadar kalau karunia dan kenikmatan yang telah Allah subhanahu
wata’ala berikan kepadanya tidak terhitung jumlahnya bahkan belum pernah ia
syukuri, dan sekali pun ia telah mensyukurinya pasti syukurnya tidak akan dapat
menandingi kenikmatan itu. Tidakkah Allah telah memberinya mata (penglihatan)
yang nilainya tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan matriel, lalu sepadankah
kesyukurannya dengan nikmat penglihatan (mata) ini?! Tidakkah Allah telah
menganugerahkan kepadanya akal yang dengannya ia dapat melakukan banyak hal?
Relakah akalnya ditukar dengan uang sebanyak kebutuhannya?! Lalu bagaimana
dengan nikmat sehat, nikmat bisa bernafas, nikmat oksigen, nikmat Islam, nikmat
iman, nikmat dapat beribadah dengan baik dan khusyu’, nikmat ilmu dan
lain-lainnya? Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Katakanlah, “Dia-lah yang mencipta kan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (akal)”. Tetapi amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. 67:23)
Katakanlah, “Dia-lah yang mencipta kan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (akal)”. Tetapi amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. 67:23)
Jika
nikmat yang ada pada dirinya saja belum tersyukuri, lalu pantaskah ia
mengucapkan ungkapan ke-kufuran- seperti di atas? Tidakkah kalau Allah
memberinya nikmat yang lain malah membuatnya makin tidak bersyukur, sebab yang
ada saja tidak disyukuri?!
Sungguh
alangkah malangnya manusia yang tidak merasakan betapa banyak dan betapa sangat
besarnya karunia dan nikmat Allah subhanahu wata’ala kepada dirinya,
atau hanya bisa merasakan karunia dan nikmat-Nya pada makanan dan minumannya
saja, lalu ia merasa telah bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala,
karena bisa mengucapkan Alhamdu lillâh sesudahnya.
Seorang
shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Abû Dardâ ra pernah
mengatakan, “Barang siapa yang tidak melihat (merasakan) nikmat yang Allah
berikan kepadanya kecuali hanya pada makanan dan minumannya, maka sesungguhnya
ilmu (ma`rifat)nya sangat dangkal dan azab pun telah menantinya”. (Abu Hayyân
al-Andalusi, al-Bahr al-Muhîth fî al-Tafsîr, jilid 6, hal. 441. Maktabah
Tijâriyyah Musthafa al-Bâz)
Karunia
dan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita (manusia) sungguh tidak dapat
kita hitung jumlahnya dan sebanyak apapun kesyukuran manusia kepada Allah atas
karunia-Nya tetap tidak akan sebanding, bahkan bisa bersyukur itu sendiri
merupakan karunia dan nikmat. Oleh karena itu, hendaknya manusia, apapun
kedudukannya di dunia harus selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Allah subhanahu
wata’ala sang Pemberi nikmat.
Ibnu
Qayyim (seorang tokoh ulama terkemuka) menjelaskan bahwa hakikat syukur kepada
Allah itu adalah tampaknya bekas nikmat Allah pada lisan sang hamba dalam
bentuk pujian dan pengakuan, di dalam hatinya dalam bentuk kesaksian dan rasa
cinta, dan pada anggota tubuhnya dalam bentuk patuh dan taat. (Ibn Qayyim
al-Jauziyah, Tahdzîb Madârij al-sâlikîn oleh Abdul Mun`im al`Izzî, hal.
348)
Dan beliau
lebih lanjut menjelaskan bahwa syukur itu mempunyai 5 (lima) pilar pokok yang
apa bila salah satunya tidak terpenuhi maka syukur menjadi batal dan dianggap
belum bersyukur. 5 (lima) pilar pokok itu adalah kepatuhan orang yang bersukur
kepada Pemberi nikmat, mencintai-Nya, mengakui nikmat dari-Nya, memuji-Nya atas
nikmat-Nya dan tidak menggunakan nikmat yang diberikan-Nya untuk sesuatu yang
tidak Dia suka. (maraji’ sebelumnya)
Ketika
seseorang mengidap suatu penyakit yang membuatnya menderita sepanjang waktu dan
sudah mengancam keselamatan jiwanya. Sang dokter memutuskan ia harus menjalani
suatu operasi medis untuk menyelamatkan jiwanya, akan tetapi biaya operasi jauh
di luar kemampuannya, bahkan sudah berbagai upaya dilakukan keluarganya untuk
mendapatkan dana demi menolongnya hingga akhirnya mereka berputus asa dan
pasrah. Sementara, si penderita terus merasakan getirnya penderitaan yang
menimpanya……. Dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba ada seorang dermawan
menanggung semua kebutuhan biaya operasi, hingga akhirnya jiwa penderita
tersemalatkan dan bebas dari derita yang selama ini mencengkramnya.
`Di saat
terpenuhinya kebutuhan seperti itulah kenikmatan itu terasa, ucapan terima
kasih dan pujian kepada si dermawan pun terus diucapkan sepenuh hati,
kebaikannya tak terlupakan sepanjang masa, rasa patuh, hormat dan cinta
kepadanya pun mendalam di dalam kalbu. Kalau pun sekiranya bantuan itu
bersyarat, maka dengan suka hati ia memenuhinya. Begitulah kira-kira ilustrasi
seorang yang bersyukur.
Walhasil,
ucapan alhamdulillah saja belum bisa dianggap telah mencerminkan
kesyukuran, sebelum adanya pengakuan lisan, sikap tunduk dan taat, rasa cinta
serta memanfaatkan kenikmatan dalam rangka ibadah kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Jika,
demikian hakikat syukur, maka jangan anda heran kalau Allah subhanahu
wata’ala berfirman,
“Dan sangat sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang bersyukur” (Q.S. 34: 13), Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34), karena memang seperti itu keadaannya.
“Dan sangat sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang bersyukur” (Q.S. 34: 13), Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34), karena memang seperti itu keadaannya.
Sekalipun
begitu, Allah subhanahu wata’ala tidak ingin kalau hamba-hamba-Nya tidak
bersyukur, karena akan berakibat buruk bagi mereka di dunia maupun di akhirat.
Maka Dia perintahkan kepada mereka melalui ayat-ayatnya agar selalu bersyukur,
dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengajarkan kepada
ummatnya apa yang harus mereka lakukan dalam rangka bersyukur kepada Allah subhanahu
wata’ala, di antaranya melalui do`a setiap usai sholat, artinya,
“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu”. (HR. Abu Daud:1522 dan Nasa’i: 1302)
“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu”. (HR. Abu Daud:1522 dan Nasa’i: 1302)
Dan dzikir
pagi dan sore, artinya, “Ya Allah, kenikmatan apapun yang ada padaku atau
pada seseorang di antara makhluk-Mu (di pagi hari ini, di sore hari ini), maka
dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Maka untuk-Mu lah segala puji, dan
untuk-Mu jualah segala rasa syukur” (HR. Abu Daud: 5073, Nasa’i: 7)
Semoga
kita bisa menjadi hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala yang pandai
bersyukur dan berterima kasih. Wallâhu a`lam.
Dalam
sebuah kitab karangan ‘Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi,
seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahawa
sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah S.W.T telah
berfirman yang bermaksud : “Wahai akal mengadaplah engkau.” Maka akal pun
mengadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud
: “Wahai akal berbaliklah engkau!”, lalu akal pun berbalik.
Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : “Wahai akal! Siapakah aku?”. Lalu akal pun berkata, “Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah.”
Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : “Wahai akal! Siapakah aku?”. Lalu akal pun berkata, “Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah.”
Lalu Allah
S.W.T berfirman yang bermaksud : “Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang
lebih mulia daripada engkau.”
Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : “Wahai nafsu, mengadaplah kamu!”. Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau.”
Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.”
Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : “Wahai nafsu, mengadaplah kamu!”. Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau.”
Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.”
Lalu Allah
S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu’ selama 100 tahun. Setelah
dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : “Siapakah engkau dan
siapakah Aku?”. Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, ” Aku adalah hamba-Mu
dan Kamu adalah tuhanku.”
Dalam kitab tersebut juga diterangkan bahawa dengan sebab itulah maka Allah S.W.T mewajibkan puasa.
Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahawa nafsu itu adalah sangat jahat oleh itu hendaklah kita mengawal nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu mengawal kita, sebab kalau dia yang mengawal kita maka kita akan menjadi musnah.
Dalam kitab tersebut juga diterangkan bahawa dengan sebab itulah maka Allah S.W.T mewajibkan puasa.
Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahawa nafsu itu adalah sangat jahat oleh itu hendaklah kita mengawal nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu mengawal kita, sebab kalau dia yang mengawal kita maka kita akan menjadi musnah.
CINTA DALAM ISLAM
Cinta
dalam bahasa Arab disebut Al-Mahabbah yang berarti kasih sayang. Menurut
Abdullah Nashih Ulwan cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang
mendorong seseorang mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih
sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dari
kehidupannya.
Diantara
tanda-tanda cinta ialah rasa kagum/simpatik, berharap, takut, rela dan selalu
ingat kepada yang dicintai. Seorang yang beriman sejak memproklammirkan
bahwa tiada ilah selain Allah dan beriltizam (komitmen) sepenuh dayanya, maka
Allah harus menempati posisi tertinggi cintanya. Semua tanda-tanda cinta
tersebut selayaknya diberikan kepada Allah. Berupa rasa kagum terhadap
kebesaran, keagungan dan kekuasaan Allah, mengharapkan cinta Allah, rahmat,
keridhaan dan keampunanNya (QS.39:53),rela dan menerima ketentuan Allah
sepenuhnya, takut kepada Allh, yang mrnghasilkan sikap menjauhkan diri dari
maksiat, serta selalu mengingat Allah (QS.2:152; 13:28; 63:9; 59:19). Firman
Allah :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yanag beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (QS.2:165)
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yanag beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (QS.2:165)
Cinta
muncul karena kesadaran telah menerima anugerah dan nikmat yang besar dari
Allah, pemahaman betapa rasa kasih sayang Allah melingkupi detik-detik
kehidupan kita, serta karena mengenal Allah (Ma’rifatullah). Sehingga seorang
mukmin amat sangat cintanya kepada Allah dan memiliki hasrat yang besar untuk
bertemu denganNya.
Refleksi
cinta adalah tunduk patuh, menurut,taat akan perintah Allah dan menjauhkan diri
dari segala laranganNya. Mahabbatullah (rasa cinta kepada Allah) tidak cukup
dengan hanya menjadi seorang ‘abid (ahli ibadah), tetapi mewujud dalam upaya
menegakkan kalimatNya/agamaNya.
Islam
merupakan agama fitrah yang juga mengakui adanya fenomena cinta yang melekat
sebagai fitrah manusia.Allah telah memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya
tentang prioritas dalam cinta. Firman Allah :“Katakanlah :’Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi pettunjuk kepada orang-orang
fasik”. (QS.9:24) Prioritas cinta dapat diklasifikasikan atas prioritas
tertinggi, menengah dan terendah. Berdasarkan ayat di atas,prioritas cinta yang
tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalanNya. Hal
ini merupakan konsekuensi dan merupakan keharusan dalam Islam.
Tak diragukan lagi bahwa seorang mukmin yang telah merasakan kelezatan
iman di dalam hatinya akan mencurahkan segalanya cintanya hanya kepada Allah.
Karenaia telah meyakini bahwa Allah-lah yang Maha Sempurna, Maha Indah dan Maha
Agung. Tak ada satupun selain Dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat
tersebut. Maka lahirlah kesadaran bahwa hanya ajaran Allah-lah yang harus
diikuti karena Dia-lah yang Maha Tinggi. Dia juga terdotong untuk mempraktekkan
ajaran-ajaran Allah dengan senang hati, penuh keyakinan dan keimanan. Ia telah
yakin bahwa untuk membanguan kepribadian yang sempurna dan membina mentalitas
manusia hanyalah dengan ajaran Allah yang Maha Suci dari kekurangan.
Rasa cinta
seorang yang beriman kepada Allah akan mengambil bentuk awal berupa rasa cinta
kepada Rasulullah SAW. Cinta kepada Rasulullah ( Mahabbaturrasul) ini berwujud
sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat) terhadap perintah rasul,
berendah hati, mendahulukan, melindungi dan kasih sayang kepada beliau.
Generasi terbaik ummat ini telah mencontohkan betapa Mahabaturrasul bukan hanya
terbatas pada salam dan Shalawat, namun juga membentengi Rasulullah dari mara
bahaya dalam banyak peperangan dan tampil dalam membela Islam.
Mahabbaturrasul
muncul dari keikhlasan dan ketulusan syar’i, rasa cinta yang Allah tumbuhkan,
yang tak dapat ditumbuhkan oleh manusia meski membelanjakan seluruh
kekayaannya. Rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada bapak-bapak, anak-anak,
saudara-sausara, istri-istri, kaum keluarga, harta, perniagaan, rumah-rumah
yang disukai. Bahkan rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada diri
sendiri.
Sabda Rasulullah saw : “Hendaklah kalian mencintai Allah karena Dia memelihara kalian dengan nikmat-nikmat-Nya. Dan cintailah aku demi cintamu kepada Allah. Dan cintailah ahli rumahku demi cintamu kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim dari Ibnu Abbas). “Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) diantara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia” (Al Hadits).
Sabda Rasulullah saw : “Hendaklah kalian mencintai Allah karena Dia memelihara kalian dengan nikmat-nikmat-Nya. Dan cintailah aku demi cintamu kepada Allah. Dan cintailah ahli rumahku demi cintamu kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim dari Ibnu Abbas). “Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) diantara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia” (Al Hadits).
Itulah
mahabbaturrasul yang mewarnai hati Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Yang membuatnya
mendahulukan, melindungi dan tak membangunkan Rasulullah yang tertidur di
pangkuannya, walaupun harus menahan sakit kakinya karena tersengat kalajengking
hingga mengucurkan darah (peristiwa Hijrah).
Kisah para Shahabat telah membuktikan ketinggian cinta merek kepada Allah, Rasulullah dan Jihad fi sabilillah. Seperti kisah Hazholah bin Amir ra. Yang terjun ke medan perang Uhud meniggalkan istri yang baru sehari sebelumnya dinikahi, dan akhirnya menemui kesyahidan. Ketika itu Rasulullah saw melihat dan berkata kepada para shahabat : “Sesungguhnya aku telah melihat para malaikat memandikan Hanzholah di tengah-tengah langit dan bumi dengan air hujan-dalam sebuah bejana dari perak.” (HR. Turmudzi dan Imam Ahmad).
Kisah para Shahabat telah membuktikan ketinggian cinta merek kepada Allah, Rasulullah dan Jihad fi sabilillah. Seperti kisah Hazholah bin Amir ra. Yang terjun ke medan perang Uhud meniggalkan istri yang baru sehari sebelumnya dinikahi, dan akhirnya menemui kesyahidan. Ketika itu Rasulullah saw melihat dan berkata kepada para shahabat : “Sesungguhnya aku telah melihat para malaikat memandikan Hanzholah di tengah-tengah langit dan bumi dengan air hujan-dalam sebuah bejana dari perak.” (HR. Turmudzi dan Imam Ahmad).
Cinta
dengan prioritas menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami
dan kerabat. Cinta ini timbul dari perasaan sesorang, yang terikat hubungan
dengan orang yang dicintainya dengan ikatan aqidah, keluarga, kekerabatan atau
persahabatan. Syari’at Islam menilai perasaan cinta seperti ini sebagai cinta
yang mulia dan agung. Ia termasuk cinta yang kedua setelah cinta kepada Allah,
Rasulullah dan jihad di jalan Allah. Bagaimana cinta seseorang terhadap
sesamanya tidak dianggap cinta yang luhur dan perasaan yang suci. Sedangkan
semua hubungan sosial dan segala tata kehidupan dibina berdasarkan perasaan
cinta dan kasih sayang semacam ini. Cinta ini merupakan hal yang perlu untuk
mewujudkan kemashlahatan individu dan keluarga pada khususnya serta
kemashlahatan bangsa dan kemanusiaan pada umumnya. Sabda Rasulullah SAW : “Tidaklah
sempppurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya
(sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan
Muslim).“Semua makhluk adalah tanggung jawab Allah. Maka yang paling dicintai
Allah adalah yang paling memperhatikan kehidupan keluarganya”. (HR. Thabrani
dan Baihaqi).
Adapun
cinta terendah ialah cinta yang lebih mengutamakan dan menomorsatukan cinta
keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal dibandingkan terhadap Allah,
Rasulullah dan jihad fisabilillah. Cinta jenis adalah yang paling hina, keji
dan merusak rasa kemanusiaan. Termasuk pula dalam kategori cinta ini adalah
kecintaan kepada sesuatu yang disembah selain Allah, sebagaimana firman Allah
dalam QS.2:165, cinta kepada musuh-musuh Allah, sebagaimana Allah peringatkan
dalam QS. Al-Mumtahanah (60):1, cinta berdasarkan hawa nafsu sebagaimana
cintanya Zulaikha istri Al Azis kepada Nabi Yusuf as.
Tak diragukan lagi bahwa jika para pemuda Islam, kapan dan di mana saja, lebih mengutamakan cintanya kepada Allah, Rasulullah dan Islam maka Allah akan memberikan kemenangan bagi mereka di muka bumi ini.
Tak diragukan lagi bahwa jika para pemuda Islam, kapan dan di mana saja, lebih mengutamakan cintanya kepada Allah, Rasulullah dan Islam maka Allah akan memberikan kemenangan bagi mereka di muka bumi ini.
0 komentar: